Rabu, 05 Juli 2017

My Game!- Prolog



PROLOG

Di sebuah grup chat tahun 2000-an.
PERKUMPULAN CILIK
>>B, C, memasuki ruangan.
A—[Selamat datang di perkumpulan cilik]
B—[Omong kosong!]

C—[Aku boleh di sini, kan? Aku masih anak-anak]

A—[B, Tidak sopan. Siapa kau?]

B—[Aku ke sini mencari sekutu]

A—[Ini istanaku, jadi akulah Ratunya di sini!]

C—[Halloo…]

A—[C, Maaf mengabaikanmu, kau seperti karakter sampingan bagiku]

C—[Karakter sampingan itu apa?]

B—[A, Ratu? Aku bisa membuatmu masuk penjara kalau berbicara kasar]

A—[C, Lupakan saja] [B, Memangnya kau siapa? Aku ini Ratu!!!]

B—[A, Asal kau tahu, cita-citaku akan menjadi seorang detektif]

A—[B, Ckckck. Di Indonesia tidak ada detektif]

B—[A, Aku sudah diberi tahu tante, tetapi akan kucari pekerjaan yang serupa dengan itu]

A—[B,  Kalau kau detektif, aku akan menjadi pemimpin. Akulah Ratu kalian!]

C—[Aku harus jadi apa?]

>>D, memasuki ruangan.

D—[Halo…]

>>A, mengusir D

B—[A, Kenapa diusir?]

A—[Dari kemarin, dia selalu ke sini. Dia orang dewasa yang jahat!]

>>D, memasuki ruangan.

D—[A, Kurang ajar kau gadis kecil]

C—[Selamat datang]

B—[C, Dia orang jahat, hati-hati!]

D—[Ahahaha! Baru saja masuk, sudah dihina]

A—[C, Dia pedofil, Hati-hati!]

B—[D, Mesum]

C—[Pedofil itu apa?]

D—[C, Pedofil itu pujian untuk laki-laki ganteng]

A—[D, Hueekk … Jijik! Kau sudah tua, tinggal menunggu ajal saja!]

B—[Berbahaya!]

A—[B, Siksa dia!]

D—[A, Untuk ukuran gadis kecil, mulutmu terlalu kasar! Ahahaha!]

A—[D, Karena aku tahu segalanya!]

D—[A, Oiya? Bagaimana caranya? Kuharap bukan omong kosong. Ahahaha!]

C—[B, Aku harus apa?]

A—[D, Asal kau tahu sialan yang umurnya tinggal sehari, aku punya bakat hebat!]

B—[C, Kau ingin menjadi apa saat dewasa nanti?] [A, Bakat apa?]

D—[A, Oiya? Bukankah itu omong kosong?]

A—[Aku bisa melihat detak jantung orang lain! Kalau berbohong, detak jantungnya akan cepat]

C—[B, Saat besar nanti, aku akan jadi orang baik]

D—[C, Orang baik sering menjadi karakter utama]

A—[Bagiku C hanyalah karakter sampingan] [D, Jangan abaikan aku! Mau penismu aku potong!?]

D—[Kecil-kecil sudah nista. Ahahaha!]

A—[D, Di sini istanaku! Kalau tidak menuruti kemauanku, kupotong penis kalian!]

B—[A, Huaah, mengerikan]

A—[B, Mau kupotong?]

B—[A, Jangan! Aku hanya punya satu]

A—[B, Kalau begitu, dengar perintahku!]

D—[A, Tidak kedengaran, mana suaramu? Ahahaha!]

>>A, mengusir D

C—[A, Jangan usir aku]

B—[A, Ampun Ratu]

A—[Bagus! Kalian telah menjadi bawahanku]

>>D, memasuki ruangan.

D—[Huaah, sepertinya gadis kecil mulai berkuasa]

>>A, mengusir D

>>D, memasuki ruangan

>>A, mengusir D

C—[Ratu, biarkan dia masuk, sepertinya dia ingin berbicara]

>>D, memasuki ruangan.

D—[Maaf-maaf, salahku. Ahahaha!]

A—[D, Kau keras kepala ya!]

D—[A, Begitulah. Ahahaha!]

B—[Jadi, kenapa ada orang tua? Mereka selalu menganggap anak kecil berbohong!]

D—[A, B, C, biarkan aku berbicara sebentar]

C—[D, Silahkan]

D—[C, Oiya? Sepertinya cuman kau anak baik di sini]

B—[C, Kau terlalu baik dengannya]

C—[Karena aku ingin menjadi orang baik]

A—[C, Aku tidak membutuhkan itu]

D—[A Adalah gadis nakal yang ingin menjadi pemimpin]

A—[D, Bersikap sopan lah denganku!]

D—[Ahahaha! Biarkan aku berbicara sebentar]

C—[D, Silahkan]

B—[D, Kau terlalu mencurigakan]

D—[B, Itu bagus! Syarat menjadi detektif adalah meragukan semua perkataan orang lain]

B—[D, Benarkah?]

D—[B, Benar! Dengan begitu, kau bisa menyelesaikan semua kasus!]

A—[Aku tidak perlu itu. Aku bisa tahu mana yang benar, mana yang salah!]

D—[A, Tetapi kau perlu bertatap muka dengan orang lain. Kau yang belum pernah bertemu denganku, mana tahu aku orang jahat. Ahahaha!]

B—[D, Orang jahat tidak pernah mengaku]

A—[B, Betul! Kau harus percaya denganku, karena aku punya bakat!]

C—[Enak ya… A punya bakat, B seorang detektif. Aku hanyalah orang baik]

D—[C, Oiya? Justru orang baik paling hebat menurutku]

A—[D, Orang baik bisa apa?]

D—[Banyak, contohnya …Sebuah kerajaan akan runtuh kalau Sang Ratu selalu emosi. Jadi, dia membutuhkan penasehat yang baik agar menenangkan emosinya] [B, Detektif terkadang putus asa. Jadi, dia membutuhkan partner yang baik agar bisa memberi semangat]

B—[D, Jadi begitu. Tidak salah aku mencari sekutu]

C—[D,Aku harus apa?]

A—[D, Untuk orang tua yang mesum, pedofil, dan menjijikkan, kau bisa berkata bijak juga ya]

D—[A, Mulutmu itu ya. Ahahaha!] [B, Carilah sekutu. Ingat, kau harus meragukan perkataan orang lain] [C, Belajarlah mengenai ekspresi, agar kau bisa membantu banyak orang]

B—[D, Terima kasih]

C—[D, Terlalu rumit, hiks. Akan kuusahakan!]

A—[D, Tidak ada saran untukku?]

D—[A, Ternyata kau manja juga, ya. Ahahaha! Kalau begitu, terus kembangkan bakatmu]

A—[Perkumpulan cilik, BERSATU!]

B—[Yeaaaaaahhhh!!!]

C—[HORE!!!]

D—[Pfft… Perkumpulan cilik? Bagiku kalian hanyalah anak-anak yang kurang ajar]

A—[D, Apa kau bilang?]

B—[D, Anda sendiri, ingin jadi apa di usia yang hampir habis?]

D—[Apa ya… Menculik kalian. Ahahaha!]

A—[D, JAHANAM!!!]

B—[D, BIADAB!!!]

C—[Aaaaaa, pedofil?]

D—[Kurang ajar. Apa kalian tahu, ini sudah tengah malam, besok sekolah! Ahahaha!]

A—[D, JAHANAM!!!]

B—[D, BIADAB!!!]

>>A, B, meninggalkan ruangan.

C—[Aku harus bilang apa?]

D—[C, Puji aku]

C—[D, Selamat tinggal pedofil]

>>C, meninggalkan ruangan.

D—[Dasar anak-anak. Ahahaha! Lagipula, mereka akan kuculik nantinya]

>>D, meninggalkan ruangan.

>>Ruangan dihapus

Tidak ada komentar:

Posting Komentar