PROLOG
Di
sebuah grup chat tahun 2000-an.
PERKUMPULAN
CILIK
>>B,
C, memasuki ruangan.
A—[Selamat
datang di perkumpulan cilik]
B—[Omong
kosong!]
C—[Aku boleh di sini, kan? Aku masih anak-anak]
A—[B, Tidak sopan. Siapa kau?]
B—[Aku ke sini mencari sekutu]
A—[Ini istanaku, jadi akulah Ratunya di sini!]
C—[Halloo…]
A—[C, Maaf mengabaikanmu, kau seperti karakter sampingan bagiku]
C—[Karakter sampingan itu apa?]
B—[A, Ratu? Aku bisa membuatmu masuk penjara kalau berbicara kasar]
A—[C, Lupakan saja] [B, Memangnya kau siapa? Aku ini Ratu!!!]
B—[A, Asal kau tahu, cita-citaku akan menjadi seorang detektif]
A—[B, Ckckck. Di Indonesia tidak ada detektif]
B—[A, Aku sudah diberi tahu tante, tetapi akan kucari pekerjaan yang serupa dengan itu]
A—[B, Kalau kau detektif, aku akan menjadi pemimpin. Akulah Ratu kalian!]
C—[Aku harus jadi apa?]
>>D, memasuki ruangan.
D—[Halo…]
>>A, mengusir D
B—[A, Kenapa diusir?]
A—[Dari kemarin, dia selalu ke sini. Dia orang dewasa yang jahat!]
>>D, memasuki ruangan.
D—[A, Kurang ajar kau gadis kecil]
C—[Selamat datang]
B—[C, Dia orang jahat, hati-hati!]
D—[Ahahaha! Baru saja masuk, sudah dihina]
A—[C, Dia pedofil, Hati-hati!]
B—[D, Mesum]
C—[Pedofil itu apa?]
D—[C, Pedofil itu pujian untuk laki-laki ganteng]
A—[D, Hueekk … Jijik! Kau sudah tua, tinggal menunggu ajal saja!]
B—[Berbahaya!]
A—[B, Siksa dia!]
D—[A, Untuk ukuran gadis kecil, mulutmu terlalu kasar! Ahahaha!]
A—[D, Karena aku tahu segalanya!]
D—[A, Oiya? Bagaimana caranya? Kuharap bukan omong kosong. Ahahaha!]
C—[B, Aku harus apa?]
A—[D, Asal kau tahu sialan yang umurnya tinggal sehari, aku punya bakat hebat!]
B—[C, Kau ingin menjadi apa saat dewasa nanti?] [A, Bakat apa?]
D—[A, Oiya? Bukankah itu omong kosong?]
A—[Aku bisa melihat detak jantung orang lain! Kalau berbohong, detak jantungnya akan cepat]
C—[B, Saat besar nanti, aku akan jadi orang baik]
D—[C, Orang baik sering menjadi karakter utama]
A—[Bagiku C hanyalah karakter sampingan] [D, Jangan abaikan aku! Mau penismu aku potong!?]
D—[Kecil-kecil sudah nista. Ahahaha!]
A—[D, Di sini istanaku! Kalau tidak menuruti kemauanku, kupotong penis kalian!]
B—[A, Huaah, mengerikan]
A—[B, Mau kupotong?]
B—[A, Jangan! Aku hanya punya satu]
A—[B, Kalau begitu, dengar perintahku!]
D—[A, Tidak kedengaran, mana suaramu? Ahahaha!]
>>A, mengusir D
C—[A, Jangan usir aku]
B—[A, Ampun Ratu]
A—[Bagus! Kalian telah menjadi bawahanku]
>>D, memasuki ruangan.
D—[Huaah, sepertinya gadis kecil mulai berkuasa]
>>A, mengusir D
>>D, memasuki ruangan
>>A, mengusir D
C—[Ratu, biarkan dia masuk, sepertinya dia ingin berbicara]
>>D, memasuki ruangan.
D—[Maaf-maaf, salahku. Ahahaha!]
A—[D, Kau keras kepala ya!]
D—[A, Begitulah. Ahahaha!]
B—[Jadi, kenapa ada orang tua? Mereka selalu menganggap anak kecil berbohong!]
D—[A, B, C, biarkan aku berbicara sebentar]
C—[D, Silahkan]
D—[C, Oiya? Sepertinya cuman kau anak baik di sini]
B—[C, Kau terlalu baik dengannya]
C—[Karena aku ingin menjadi orang baik]
A—[C, Aku tidak membutuhkan itu]
D—[A Adalah gadis nakal yang ingin menjadi pemimpin]
A—[D, Bersikap sopan lah denganku!]
D—[Ahahaha! Biarkan aku berbicara sebentar]
C—[D, Silahkan]
B—[D, Kau terlalu mencurigakan]
D—[B, Itu bagus! Syarat menjadi detektif adalah meragukan semua perkataan orang lain]
B—[D, Benarkah?]
D—[B, Benar! Dengan begitu, kau bisa menyelesaikan semua kasus!]
A—[Aku tidak perlu itu. Aku bisa tahu mana yang benar, mana yang salah!]
D—[A, Tetapi kau perlu bertatap muka dengan orang lain. Kau yang belum pernah bertemu denganku, mana tahu aku orang jahat. Ahahaha!]
B—[D, Orang jahat tidak pernah mengaku]
A—[B, Betul! Kau harus percaya denganku, karena aku punya bakat!]
C—[Enak ya… A punya bakat, B seorang detektif. Aku hanyalah orang baik]
D—[C, Oiya? Justru orang baik paling hebat menurutku]
A—[D, Orang baik bisa apa?]
D—[Banyak, contohnya …Sebuah kerajaan akan runtuh kalau Sang Ratu selalu emosi. Jadi, dia membutuhkan penasehat yang baik agar menenangkan emosinya] [B, Detektif terkadang putus asa. Jadi, dia membutuhkan partner yang baik agar bisa memberi semangat]
B—[D, Jadi begitu. Tidak salah aku mencari sekutu]
C—[D,Aku harus apa?]
A—[D, Untuk orang tua yang mesum, pedofil, dan menjijikkan, kau bisa berkata bijak juga ya]
D—[A, Mulutmu itu ya. Ahahaha!] [B, Carilah sekutu. Ingat, kau harus meragukan perkataan orang lain] [C, Belajarlah mengenai ekspresi, agar kau bisa membantu banyak orang]
B—[D, Terima kasih]
C—[D, Terlalu rumit, hiks. Akan kuusahakan!]
A—[D, Tidak ada saran untukku?]
D—[A, Ternyata kau manja juga, ya. Ahahaha! Kalau begitu, terus kembangkan bakatmu]
A—[Perkumpulan cilik, BERSATU!]
B—[Yeaaaaaahhhh!!!]
C—[HORE!!!]
D—[Pfft… Perkumpulan cilik? Bagiku kalian hanyalah anak-anak yang kurang ajar]
A—[D, Apa kau bilang?]
B—[D, Anda sendiri, ingin jadi apa di usia yang hampir habis?]
D—[Apa ya… Menculik kalian. Ahahaha!]
A—[D, JAHANAM!!!]
B—[D, BIADAB!!!]
C—[Aaaaaa, pedofil?]
D—[Kurang ajar. Apa kalian tahu, ini sudah tengah malam, besok sekolah! Ahahaha!]
A—[D, JAHANAM!!!]
B—[D, BIADAB!!!]
>>A, B, meninggalkan ruangan.
C—[Aku harus bilang apa?]
D—[C, Puji aku]
C—[D, Selamat tinggal pedofil]
>>C, meninggalkan ruangan.
D—[Dasar anak-anak. Ahahaha! Lagipula, mereka akan kuculik nantinya]
>>D, meninggalkan ruangan.
>>Ruangan dihapus
Tidak ada komentar:
Posting Komentar